Sari kurma bebaskan Suwitri dari demam berdarah dengue (DBD). Suhu tubuh tinggi pada pertengahan 2009 membuat Suwitri
gundah-gulana. Demam begitu berat hingga menggigilkan tubuh. Dokter ahli
penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Dr dr
Nyoman Kertia SpPD KR, menuturkan seseorang yang mengalami demam suhu
tubuhnya bisa mencapai 400C. Untuk meredakan demam, Suwitri
mengonsumsi obat penurun demam yang banyak beredar di pasaran. Namun,
dua hari berlalu demam tak kunjung pergi. Khawatir dengan kondisi
Suwitri, sang suami, Mundakir, pun bergegas membawa ke klinik terdekat.
Dokter yang memeriksa menyarankan Suwitri menjalani tes pemeriksaan
darah. Hasil uji darah itu menyebutkan ia positif terkena demam berdarah
dengue (DBD). “Saya lupa jumlah trombosit saat itu,” kata wanita
berumur 42 tahun itu. Seseorang disebut menderita DBD jika jumlah
trombosit kurang dari 100.000 µl.
Sari kurma
Dokter pun segera merujuk Suwitri untuk menjalani rawat inap di
sebuah rumahsakit di Jakarta Utara. Demi meraih kesembuhan ia pun
mengikuti petunjuk ahli medis itu. Padahal itu pertama kalinya Suwitri
menjalani opname. Oleh karena itu, “Saya sempat merasa cemas dan
khawatir,” ujar wanita kelahiran Jakarta itu.
Selama di rumahsakit Suwitri mendapat perawatan berupa pemberian
multivitamin dan infus. Menurut Nyoman Kertia, biasanya di rumahsakit
penderita DBD mendapat asupan vitamin B1, B6, B12, dan C. “Vitamin
tersebut meningkatkan daya tahan tubuh sehingga membentuk antibodi untuk
melawan virus,” kata Nyoman. Menurut dokter alumnus Universitas
Udayana, Denpasar, Bali, itu pasien yang tidak terlalu parah bisa pulang
setelah hari ketujuh. “Pasien DBD boleh pulang jika suhu tubuh, tekanan
darah, dan denyut nadinya stabil,” ujar Nyoman.
Dua hari dirawat di rumahsakit, seorang teman datang menjenguk. Ia
menyarankan Suwitri mengonsumsi sari kurma agar kadar trombosit cepat
naik. Menurut dokter sekaligus herbalis di Tangerang Selatan, dr Prapti
Utami, sari kurma memang banyak dipakai untuk membantu mempercepat
pemulihan kondisi pasien DBD. Mundakir pun bergegas membeli sari kurma
untuk sang istri.
Suwitri mengonsumsi sari kurma sekaligus tetap mengonsumsi
multivitamin dari dokter. Dalam kemasan sari kurma yang dibeli tertulis
dosis konsumsi 3 kali sehari sebanyak 2 sendok makan. Namun, tekad ingin
cepat sembuh membuat Suwitri mengabaikan anjuran. Ia mengonsumsi lebih
dari 15 sendok makan sari kurma sehari. Ia pun menjadikan sari kurma
sebagai selai saat mengonsumsi roti. Suwitri tidak khawatir ‘overdosis’
karena, “Sari kurma itu herbal, bukan obat keras,” katanya. Herbalis di
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi, menuturkan
konsumsi sari kurma melebihi anjuran itu tidak berbahaya. “Dalam ilmu
naturopati itu yang disebut makanan adalah obat,” ujar Lukas.
Dua hari mengonsumsi sari kurma, jumlah trombosit Suwitri meningkat.
“Badan terasa segar dan tidak loyo lagi,” kata Suwitri. Sayangnya
lagi-lagi ia lupa kadar trombosit saat itu. Dokter yang memeriksa pun
senang sekaligus takjub dengan peningkatan tersebut. Lazimnya pasien DBD
pulih setelah 14 hari perawatan, Suwitri hanya 5 hari menjalani
perawatan. Dokter pun mengizinkan Suwitri pulang pada keesokan harinya.
Sistem imun
Selang 2 hari setelah Suwitri pulang, Indra Bayu, sang anak,
menderita gejala mirip DBD. Untuk memastikan dugaan itu, ia memeriksakan
Indra ke dokter. Hasil tes darah menunjukkan Indra positif gejala DBD.
Dokter memberi obat penurun demam dan peningkat trombosit. Belajar dari
pengalaman sendiri, Suwitri pun memberikan sari kurma dengan dosis sama
untuk Indra. Dua hari berselang, kondisi si buah hati berangsur pulih.
“Indra tidak loyo lagi dan kembali fit,” kata ibu rumah tangga itu.
Bagaimana sari kurma membantu pasien DBD menggapai kesehatan? Menurut
Lukas sari kurma mampu meningkatkan antibodi atau sistem imunitas
tubuh. “Antibodi berperan menghambat perbanyakan virus penyebab DBD,”
kata Lukas. Itu sejalan dengan hasil penelitian Koji Karasawa, Yuji
Uzuhashi, Mitsuru Hirota, dan Hajime Otani dari Interdisciplinary
Graduate School of Science and Technology, Universitas Shinshu,
Minamiminowa-mura, Kamiina-gun, Nagano, Jepang yang termuat dalam
Journal of Agricultural and Food Chemistry yang menunjukkan kurma
mengandung polifenol dan polisakarida yang mampu membangkitkan sistem
imunitas pada tikus percobaan.
Menurut dr Prapti sari kurma bekerja mengatur keseimbangan elektrolit
dalam tubuh yang terganggu karena serangan virus dengue. Kandungan
vitamin C dalam sari kurma memperkuat dinding pembuluh darah kapiler
sehingga trombosit tidak keluar. “Untuk pasien DBD lebih baik
mengonsumsi dalam bentuk sari kurma bukan buah utuh segar atau kering
karena lebih mudah diserap tubuh,” ujar dr Prapti. Selain kurma, jambu
biji dan daun kelor juga baik bagi pasien DBD.
DBD sejatinya penyakit lama. H Nobuchi seperti dikutip Duane J Gubler
dalam "Clinical Microbiology Reviews" menjelaskan DBD sudah ada sejak
zaman kerajaan China kuno. Penyakit itu tertulis dalam ensiklopedi
gejala penyakit dan penyembuhan yang terbit pada era Dinasti Chin
(265-420 SM). Masyarakat China kuno menyebut demam berdarah sebagai
racun air.
Itu berhubungan dengan serangga terbang yang berasosiasi dengan air
sebagai penyebab DBD. Di Indonesia DBD pertama kali ditemukan di
Surabaya pada 1968. Saat itu 58 orang terinfeksi dan 24 orang di
antaranya meninggal dunia. Sejak kejadian itu demam berdarah menyebar
luas ke seluruh Indonesia. Data Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan menyebutkan DKI
Jakarta menjadi provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi kedua
setelah Bali pada 2011. Saat itu angka insiden DBD di Jakarta mencapai
47 kasus per 100.000 penduduk. Bandingkan dengan angka insiden DBD
terendah di Sulawesi Tenggara sekitar 0,87 kasus per 100.000 penduduk.
Hasil penelitian Zulkarnaini dari Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Yusni Ikhwan Siregar dan Dameria dari Program Studi Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, menyebutkan terdapat
hubungan antara kondisi sanitasi dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes-serangga vektor dengue. Zulkarnaini dan rekan dalam "Journal of
Environmental Science" menuturkan semakin kurang baik kondisi sanitasi
lingkungan rumah, maka kian banyak jentik vektor dengue ditemukan.
“Lingkungan sekitar rumah saya bersanitasi buruk,” tutur Suwitri yang
kini tinggal di Bekasi mengingat serangan DBD 3 tahun silam. Untuk
mencegah DBD menjangkit masyarakat perlu memberantas sarang nyamuk. Itu
dilakukan dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur).
Menguras berarti mengganti air secara rutin pada wadah berisi air
seperti tempat minum burung. Selanjutnya menutup rapat tempat
penampungan air. Terakhir mengubur wadah bekas yang berisi air. Jika DBD
telanjur menyerang, sari kurma bisa menjadi salah satu upaya menggapai
kesehatan.