Riset membuktikan daun kedondong anti penggumpalan
darah.
Usman Sadili-yang bersangkutan enggan
disebut nama sebenarnya-gemar mengonsumsi daun kedondong segar. Ia mengambil
dua pucuk daun, lalu memakannya mentah-mentah. “Rasanya masam-masam segar,”
katanya. Usman merasakan setiap kali habis mengonsumsi daun kedondong Spondias
dulcis tubuh terasa segar. Konsumsi daun tanaman anggota famili Anacardiaceae
juga melegakan tenggorokan.
Kebiasaan itu bermula ketika ia masih
bersekolah di Sekolah Dasar. Usman kecil yang kala itu sedang mencari rumput
bersama teman-temannya iseng-iseng menyantap pucuk daun kedondong. Tidak ada
maksud tertentu, hanya saja daun segar tanaman kerabat mangga itu menghilangkan
dahaga. Sejak itulah hampir setiap hari Usman mengonsumsi daun kedondong.
“Ketika haus, saya tinggal memetik daun kedondong. Kebetulan pohonnya ada di
kebun di belakang rumah,” ujar pria berusia 38 tahun itu. Usman mengonsumsi
daun kedondong dalam bentuk segar atau lalapan. Faedah yang dirasakan, ia
jarang sakit. Tekanan darah, kadar gula, asam urat, dan kolesterolnya masih di
bawah ambang batas.
Jantung sehat
Usman tidak sendiri gemar menikmati
daun kedondong. Tetangga di sekitar rumahnya juga terbiasa mengonsumsi daun
tanaman yang di dunia internasional disebut dengan nama ambarella itu. Di
kampungnya di Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,
konsumsi daun kedondong sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Ketika Usman
pindah ke Bogor, Provinsi Jawa Barat, kebiasaan itu dipertahankan walaupun
frekuensinya berkurang karena sulit menemukan pohon kedondong di sana.
Usman dan warga di Nyalindung boleh
jadi tidak menyadari. Kebiasaan turun-temurun mengonsumsi daun kedondong mampu
mencegah berbagai penyakit akibat penggumpalan darah seperti stroke, serangan
jantung, dan hiperlipidemia. Itulah hasil riset Mira Miranti saat mengambil
gelar Magister Sains Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor. Ia
tergerak melakukan riset untuk memperkuat riset sebelumnya yang juga menguji
daun kedondong sebagai antiagregasi platelet dengan latar belakang pemanfaatan
secara empiris.
Di bawah bimbingan Prof Dr Ir C Hanny
Wijaya MAgr, ia menguji aktivitas antiagregasi platelet daun kedondong pada
beragam fraksinasi dan ekstraksi. Mira menguji daun kedondong sebagai
antiagregasi platelet-antipenggumpalan darah-secara praklinis pada darah
kelinci.
Dalam riset itu, Mira melakukan
ekstraksi daun kedondong segar dengan cara maserasi pada pelarut heksana
(nonpolar) dan etanol (polar). Fraksinasi dilakukan dengan metode pemisahan
terhadap ekstrak etanol yang memiliki aktivitas antiagregasi terbaik
dibandingkan ekstrak heksana. Lalu, fraksi yang paling aktif dipisahkan lebih
lanjut pada plat kromatografi lapis tipis (KLT) analitik Plastikfolien
Kieselgel 60 F254.
Pada uji fitokimia, Mira menggunakan 2
ml ekstrak daun kedondong yang kemudian ditambahkan berbagai pelarut untuk
mengetahui kandungan fenol, flavonoid, triterpenoid, dan kuinon. Pada uji fenol
ia menambahkan FeCl3 1% dan pada uji flavonoid menambahkan 0,1 mg
serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil alkohol. Sebanyak 3 ml NAOH, 3 ml HCl
encer, dan 3 ml benzena ia tambahkan pada uji kuinon. Sementara pada uji
triterpenoid ia menambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan satu tetes H2SO4
pekat. Komponen bioaktif akan diketahui dengan perubahan warna masing-masing
pelarut.
Hasilnya, Mira menemukan tiga komponen
bioaktif daun kedondong yang berperan penting mencegah penggumpalan darah.
Ketiganya ialah senyawa fenol, flavonoid, dan triterpenoid. Senyawa fenol
berperan menghambat prostaglandin, yang merupakan pengaktif platelet
(trombosit). Sementara flavonoid berperan mencegah agregasi platelet dengan
cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase. Akibatnya, sintesis
prostaglandin (pengaktif platelet) berkurang.
Periset juga melakukan uji fraksinasi
daun kedondong menggunakan berbagai pelarut; heksana, diklorometan, n-butanol
dan aquaeous. Hasilnya, fraksi etil asetat memiliki aktivitas antiagregasi
platelet yang paling baik. Itu terlihat dari nilai D50 etil asetat
yang paling kecil, yakni 0,44 mg/ml PRP; heksana 2,76 mg/ml PRP; diklorometan
9,71 mg/ml PRP; n-butanol 4,01 mg/ml PRP; dan aquaeous 2,73 mg/ml PRP. D50
merupakan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat agregasi platelet sebesar
50% dibandingkan dengan blanko. Semakin kecil angka D50 semakin baik
potensinya sebagai antiagregasi platelet.
Sayur lalapan
Hasil itu sejalan dengan penelitian
Elvis Halim di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Elvis
menguji 3 jenis sayuran lalapan, leunca Solanum nigrum, selada Lactuca sativa,
dan daun kedondong Spondias dulcis untuk mengetahui aktivitas antiagregasi
platelet. Dari ketiga jenis sayuran lalapan yang diteliti, aktivitas
antiagregasi platelet hanya ditemukan pada daun kedondong. Selada dan leunca
tidak memiliki aktivitas antiagregasi platelet, bahkan cenderung meningkatkan
penggumpalan darah.
Aktivitas antiagregasi platelet ekstrak
daun kedondong berkorelasi positif dengan konsentrasi ekstrak. Artinya, semakin
tinggi ekstrak daun kedondong, aktivitas antiagregasi plateletnya semakin
besar. Pada konsentrasi ekstrak daun kedondong 22,73 mg/ml PKP (plasma kaya
platelet) nilai agregasinya 0%. Konsentrasi ekstrak 7,58 mg/ml PKP (17,3%);
konsentrasi 4,55 mg/ml PKP (32,3%). Sementara kontrol, konsentrasi ekstrak 0
mg/ml PKP nilai agregasinya mencapai 57,3%. Dalam 100 g daun kedondong
mengandung 540 mg Ca; 82 mg P; dan 6,2 mg Fe.
Peneliti di Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Prof
Dr C Hanny Wijaya, menuturkan riset tentang khasiat daun kedondong sebagai
antipenggumpalan darah perlu dilanjutkan. Sebab riset pendahuluan belum mampu
mengungkap senyawa spesifik yang berperan sebagai antiagregasi platelet.
“Karena komponen senyawa aktif dari daun kedondong belum diketahui secara
spesifik maka cara olah paling efektif untuk memperoleh khasiatnya juga belum
diketahui,” ujar Hanny.
Namun, peneliti di Pusat Penelitian
Biofarmaka IPB itu menduga daun kedondong dapat diolah dengan cara pemanasan.
Sebab kandungan senyawa fenol yang ditemukan dalam daun kedondong bersifat
lebih tahan terhadap panas. Dengan demikian pengolahan dengan suhu tinggi
seperti perebusan tidak menurunkan aktivitas antiagregasi plateletnya.
Penggumpalan darah
Sejatinya, pembekuan darah bermanfaat
ketika terjadi luka pada permukaan tubuh akibat sobeknya pembuluh darah. Ketika
terjadi luka, darah akan membeku sehingga menyumbat dan menyembuhkan luka. Itu
adalah peran trombosit atau platelet. Selain itu, trombosit juga berperan dalam
proses terjadinya trombosis (penggumpalan darah pada sistem pembuluh darah),
memperbaiki kerusakan kecil dalam pembuluh darah, dan memulai rantai reaksi
pada penggumpalan darah. Jumlah trombosit 250.000-400.000 setiap ml sel darah.
Ketika trombosit menyentuh permukaan
asing atau kasar pada dinding pembuluh darah akibat infeksi, luka vaskuler atau
aterosklerosis, maka trombosit akan berubah bentuk dengan tumbuhnya kaki
(tonjolan) yang melekat pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, ia melepaskan
ADP (adenosine diphosfat), serotonin, dan 5-hidroksi triptamin dari granula.
Pelepasan ADP menyebabkan darah menjadi
lengket sehingga trombosit aktif dan terjadi kontak antar trombosit. Trombosit
yang saling menempel itu akan distabilkan benang fibrin. Maka terbentuklah
gumpalan darah atau trombus. Akumulasi dari gumpalan darah itu membentuk sumbat
platelet. Jika itu terjadi pada sistem pembuluh darah menyebabkan penyakit
penyumbatan pembuluh darah. Misalnya stroke, hiperlipidemia,
hiperkolesterolemia, infark jantung, dan arterosklerosis.
Menurut dr Zainal Gani, di Malang, Jawa
Timur, penggumpalan darah yang tidak normal di dalam sistem peredaran darah
dapat menyumbat pembuluh darah. “Efeknya tergantung pada organ yang terkena,”
ujar Zainal. Jika terjadi penggumpalan darah terjadi di jantung menyebabkan
infark jantung dan denyut jantung berdetak tak beraturan.
Infark jantung alias serangan jantung
terjadi karena putusnya aliran darah menuju jantung. Biasanya terjadi jika ada
sumbatan pada arteri koroner sehingga aliran darah ke jantung terputus.
Akibatnya, jaringan jantung mati karena karena kekurangan oksigen. Jika
jaringan jantung lebih dari separuh yang mengalami kerusakan, kemungkinan
terjadi kematian.
Jika penyumbatan terjadi pada aliran
darah ke otak dapat menyebabkan stroke. “Penggumpalan darah biasanya
diakibatkan adanya gangguan di endofil pembuluh darah,” ujar Zainal Gani.
Secara medis mengatasi penggumpalan darah biasanya dengan terapi obat berbahan
aktif asetosal. “Konsumsi makanan berlemak penyebab kolesterol dalam jangka
waktu lama dan kurang berolahraga dapat memicu penggumpalan darah yang dapat
menyumbat sistem peredaran darah,” katanya.
Prof Hanny menambahkan, penumpukan
lemak dalam pembuluh darah cenderung melukai platelet, bagian dari darah merah.
Akibatnya, platelet secara otomatis akan menggumpal. Jika di pembuluh darah
banyak kolesterol dan gumpalan darah tadi tersangkut, maka terjadilah stroke.
“Aktivitas antiagregasi platelet daun kedondong muda berpotensi mencegah
stroke,” ujar alumnus Agriculture Chemistry Hokkaido University itu.
Sumber antipenggumpalan darah juga
ditemukan pada bawang merah Allium cepa, bawang putih Allium sativum, jahe
Zingiber officinale, dan anggur Vitis Vinifera. Anggur mengandung komponen
fenol, termasuk flavonoid yang dapat mengurangi agregasi platelet. Keevil dan
rekan dalam Journal of Nutrition mengemukakan konsumsi jus anggur ungu selama
satu minggu (5-7,5 ml/kg hari) dapat mengurangi 77% terjadinya agregasi
platelet sampai 1 mg/liter kolagen.
Multikhasiat
Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong, Beberapa herbalis telah memanfaatkan
daun kedondong untuk mengobati beragam penyakit. Herbalis di Kota Depok,
Provinsi Jawa Barat, Brury Mahendra meresepkan daun kedondong untuk mengatasi
penyakit kulit seperti eksem, gatal, dan panu. “Kandungan flavonoid daun
kedondong baik untuk mengatasi penyakit kulit,” ungkapnya.
Mahendra meresepkan daun kedondong
secara kombinasi dengan daun mimba Azadirachta indica dan buah mahkota dewa
Phalaeria macrocarpa. Perbandingannya, 40% daun kedondong, 40% mimba, dan 20%
mahkota dewa. Jumlah keseluruhan ramuan 20 gram. Tumbuk ramuan itu, lalu
tambahkan 2 sendok makan minyak jintan hitam Nigella sativa. Balurkan pada
bagian yang sakit setiap pagi dan sore. Pasien akan membaik setelah 5-15 hari.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana,
menjelaskan Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong baik untuk menjaga stamina, melancarkan pencernaan,
mengatasi ambien, dan wasir. Cara konsumsinya dapat dijadikan sebagai lalapan;
sehari cukup 10 lembar daun kedondong muda.
Menurut herbalis di Batu, Jawa Timur,
Wahyu Suprapto, Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong baik untuk daya tahan tubuh dan sumber vitamin
C. Kita bisa menjemput khasiatnya dengan cara mengolah daun menjadi sayur.
Begitulah kebiasaan Usman dan para tetangga secara turun-temuruan. Karena
mencegah lebih baik daripada mengobati, mereka mengonsumsi daun ambarella.
Sumber
: majalahtrubus