Kamis, 10 Januari 2013

Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong


Riset membuktikan daun kedondong anti penggumpalan darah.
Usman Sadili-yang bersangkutan enggan disebut nama sebenarnya-gemar mengonsumsi daun kedondong segar. Ia mengambil dua pucuk daun, lalu memakannya mentah-mentah. “Rasanya masam-masam segar,” katanya. Usman merasakan setiap kali habis mengonsumsi daun kedondong Spondias dulcis tubuh terasa segar. Konsumsi daun tanaman anggota famili Anacardiaceae juga melegakan tenggorokan.
Kebiasaan itu bermula ketika ia masih bersekolah di Sekolah Dasar. Usman kecil yang kala itu sedang mencari rumput bersama teman-temannya iseng-iseng menyantap pucuk daun kedondong. Tidak ada maksud tertentu, hanya saja daun segar tanaman kerabat mangga itu menghilangkan dahaga. Sejak itulah hampir setiap hari Usman mengonsumsi daun kedondong. “Ketika haus, saya tinggal memetik daun kedondong. Kebetulan pohonnya ada di kebun di belakang rumah,” ujar pria berusia 38 tahun itu. Usman mengonsumsi daun kedondong dalam bentuk segar atau lalapan. Faedah yang dirasakan, ia jarang sakit. Tekanan darah, kadar gula, asam urat, dan kolesterolnya masih di bawah ambang batas.

Jantung sehat
Usman tidak sendiri gemar menikmati daun kedondong. Tetangga di sekitar rumahnya juga terbiasa mengonsumsi daun tanaman yang di dunia internasional disebut dengan nama ambarella itu. Di kampungnya di Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, konsumsi daun kedondong sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Ketika Usman pindah ke Bogor, Provinsi Jawa Barat, kebiasaan itu dipertahankan walaupun frekuensinya berkurang karena sulit menemukan pohon kedondong di sana.
Usman dan warga di Nyalindung boleh jadi tidak menyadari. Kebiasaan turun-temurun mengonsumsi daun kedondong mampu mencegah berbagai penyakit akibat penggumpalan darah seperti stroke, serangan jantung, dan hiperlipidemia. Itulah hasil riset Mira Miranti saat mengambil gelar Magister Sains Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor. Ia tergerak melakukan riset untuk memperkuat riset sebelumnya yang juga menguji daun kedondong sebagai antiagregasi platelet dengan latar belakang pemanfaatan secara empiris.
Di bawah bimbingan Prof Dr Ir C Hanny Wijaya MAgr, ia menguji aktivitas antiagregasi platelet daun kedondong pada beragam fraksinasi dan ekstraksi. Mira menguji daun kedondong sebagai antiagregasi platelet-antipenggumpalan darah-secara praklinis pada darah kelinci.
Dalam riset itu, Mira melakukan ekstraksi daun kedondong segar dengan cara maserasi pada pelarut heksana (nonpolar) dan etanol (polar). Fraksinasi dilakukan dengan metode pemisahan terhadap ekstrak etanol yang memiliki aktivitas antiagregasi terbaik dibandingkan ekstrak heksana. Lalu, fraksi yang paling aktif dipisahkan lebih lanjut pada plat kromatografi lapis tipis (KLT) analitik Plastikfolien Kieselgel 60 F254.
Pada uji fitokimia, Mira menggunakan 2 ml ekstrak daun kedondong yang kemudian ditambahkan berbagai pelarut untuk mengetahui kandungan fenol, flavonoid, triterpenoid, dan kuinon. Pada uji fenol ia menambahkan FeCl3 1% dan pada uji flavonoid menambahkan 0,1 mg serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil alkohol. Sebanyak 3 ml NAOH, 3 ml HCl encer, dan 3 ml benzena ia tambahkan pada uji kuinon. Sementara pada uji triterpenoid ia menambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan satu tetes H2SO4 pekat. Komponen bioaktif akan diketahui dengan perubahan warna masing-masing pelarut.
Hasilnya, Mira menemukan tiga komponen bioaktif daun kedondong yang berperan penting mencegah penggumpalan darah. Ketiganya ialah senyawa fenol, flavonoid, dan triterpenoid. Senyawa fenol berperan menghambat prostaglandin, yang merupakan pengaktif platelet (trombosit). Sementara flavonoid berperan mencegah agregasi platelet dengan cara menghambat aktivitas enzim siklooksigenase. Akibatnya, sintesis prostaglandin (pengaktif platelet) berkurang.
Periset juga melakukan uji fraksinasi daun kedondong menggunakan berbagai pelarut; heksana, diklorometan, n-butanol dan aquaeous. Hasilnya, fraksi etil asetat memiliki aktivitas antiagregasi platelet yang paling baik. Itu terlihat dari nilai D50 etil asetat yang paling kecil, yakni 0,44 mg/ml PRP; heksana 2,76 mg/ml PRP; diklorometan 9,71 mg/ml PRP; n-butanol 4,01 mg/ml PRP; dan aquaeous 2,73 mg/ml PRP. D50 merupakan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat agregasi platelet sebesar 50% dibandingkan dengan blanko. Semakin kecil angka D50 semakin baik potensinya sebagai antiagregasi platelet.

Sayur lalapan
Hasil itu sejalan dengan penelitian Elvis Halim di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Elvis menguji 3 jenis sayuran lalapan, leunca Solanum nigrum, selada Lactuca sativa, dan daun kedondong Spondias dulcis untuk mengetahui aktivitas antiagregasi platelet. Dari ketiga jenis sayuran lalapan yang diteliti, aktivitas antiagregasi platelet hanya ditemukan pada daun kedondong. Selada dan leunca tidak memiliki aktivitas antiagregasi platelet, bahkan cenderung meningkatkan penggumpalan darah.
Aktivitas antiagregasi platelet ekstrak daun kedondong berkorelasi positif dengan konsentrasi ekstrak. Artinya, semakin tinggi ekstrak daun kedondong, aktivitas antiagregasi plateletnya semakin besar. Pada konsentrasi ekstrak daun kedondong 22,73 mg/ml PKP (plasma kaya platelet) nilai agregasinya 0%. Konsentrasi ekstrak 7,58 mg/ml PKP (17,3%); konsentrasi 4,55 mg/ml PKP (32,3%). Sementara kontrol, konsentrasi ekstrak 0 mg/ml PKP nilai agregasinya mencapai 57,3%. Dalam 100 g daun kedondong mengandung 540 mg Ca; 82 mg P; dan 6,2 mg Fe.
Peneliti di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Prof Dr C Hanny Wijaya, menuturkan riset tentang khasiat daun kedondong sebagai antipenggumpalan darah perlu dilanjutkan. Sebab riset pendahuluan belum mampu mengungkap senyawa spesifik yang berperan sebagai antiagregasi platelet. “Karena komponen senyawa aktif dari daun kedondong belum diketahui secara spesifik maka cara olah paling efektif untuk memperoleh khasiatnya juga belum diketahui,” ujar Hanny.
Namun, peneliti di Pusat Penelitian Biofarmaka IPB itu menduga daun kedondong dapat diolah dengan cara pemanasan. Sebab kandungan senyawa fenol yang ditemukan dalam daun kedondong bersifat lebih tahan terhadap panas. Dengan demikian pengolahan dengan suhu tinggi seperti perebusan tidak menurunkan aktivitas antiagregasi plateletnya.

Penggumpalan darah
Sejatinya, pembekuan darah bermanfaat ketika terjadi luka pada permukaan tubuh akibat sobeknya pembuluh darah. Ketika terjadi luka, darah akan membeku sehingga menyumbat dan menyembuhkan luka. Itu adalah peran trombosit atau platelet. Selain itu, trombosit juga berperan dalam proses terjadinya trombosis (penggumpalan darah pada sistem pembuluh darah), memperbaiki kerusakan kecil dalam pembuluh darah, dan memulai rantai reaksi pada penggumpalan darah. Jumlah trombosit 250.000-400.000 setiap ml sel darah.
Ketika trombosit menyentuh permukaan asing atau kasar pada dinding pembuluh darah akibat infeksi, luka vaskuler atau aterosklerosis, maka trombosit akan berubah bentuk dengan tumbuhnya kaki (tonjolan) yang melekat pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, ia melepaskan ADP (adenosine diphosfat), serotonin, dan 5-hidroksi triptamin dari granula.
Pelepasan ADP menyebabkan darah menjadi lengket sehingga trombosit aktif dan terjadi kontak antar trombosit. Trombosit yang saling menempel itu akan distabilkan benang fibrin. Maka terbentuklah gumpalan darah atau trombus. Akumulasi dari gumpalan darah itu membentuk sumbat platelet. Jika itu terjadi pada sistem pembuluh darah menyebabkan penyakit penyumbatan pembuluh darah. Misalnya stroke, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, infark jantung, dan arterosklerosis.
Menurut dr Zainal Gani, di Malang, Jawa Timur, penggumpalan darah yang tidak normal di dalam sistem peredaran darah dapat menyumbat pembuluh darah. “Efeknya tergantung pada organ yang terkena,” ujar Zainal. Jika terjadi penggumpalan darah terjadi di jantung menyebabkan infark jantung dan denyut jantung berdetak tak beraturan.
Infark jantung alias serangan jantung terjadi karena putusnya aliran darah menuju jantung. Biasanya terjadi jika ada sumbatan pada arteri koroner sehingga aliran darah ke jantung terputus. Akibatnya, jaringan jantung mati karena karena kekurangan oksigen. Jika jaringan jantung lebih dari separuh yang mengalami kerusakan, kemungkinan terjadi kematian.
Jika penyumbatan terjadi pada aliran darah ke otak dapat menyebabkan stroke. “Penggumpalan darah biasanya diakibatkan adanya gangguan di endofil pembuluh darah,” ujar Zainal Gani. Secara medis mengatasi penggumpalan darah biasanya dengan terapi obat berbahan aktif asetosal. “Konsumsi makanan berlemak penyebab kolesterol dalam jangka waktu lama dan kurang berolahraga dapat memicu penggumpalan darah yang dapat menyumbat sistem peredaran darah,” katanya.
Prof Hanny menambahkan, penumpukan lemak dalam pembuluh darah cenderung melukai platelet, bagian dari darah merah. Akibatnya, platelet secara otomatis akan menggumpal. Jika di pembuluh darah banyak kolesterol dan gumpalan darah tadi tersangkut, maka terjadilah stroke. “Aktivitas antiagregasi platelet daun kedondong muda berpotensi mencegah stroke,” ujar alumnus Agriculture Chemistry Hokkaido University itu.
Sumber antipenggumpalan darah juga ditemukan pada bawang merah Allium cepa, bawang putih Allium sativum, jahe Zingiber officinale, dan anggur Vitis Vinifera. Anggur mengandung komponen fenol, termasuk flavonoid yang dapat mengurangi agregasi platelet. Keevil dan rekan dalam Journal of Nutrition mengemukakan konsumsi jus anggur ungu selama satu minggu (5-7,5 ml/kg hari) dapat mengurangi 77% terjadinya agregasi platelet sampai 1 mg/liter kolagen.

Multikhasiat
Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong, Beberapa herbalis telah memanfaatkan daun kedondong untuk mengobati beragam penyakit. Herbalis di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Brury Mahendra meresepkan daun kedondong untuk mengatasi penyakit kulit seperti eksem, gatal, dan panu. “Kandungan flavonoid daun kedondong baik untuk mengatasi penyakit kulit,” ungkapnya.
Mahendra meresepkan daun kedondong secara kombinasi dengan daun mimba Azadirachta indica dan buah mahkota dewa Phalaeria macrocarpa. Perbandingannya, 40% daun kedondong, 40% mimba, dan 20% mahkota dewa. Jumlah keseluruhan ramuan 20 gram. Tumbuk ramuan itu, lalu tambahkan 2 sendok makan minyak jintan hitam Nigella sativa. Balurkan pada bagian yang sakit setiap pagi dan sore. Pasien akan membaik setelah 5-15 hari.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, menjelaskan Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong baik untuk menjaga stamina, melancarkan pencernaan, mengatasi ambien, dan wasir. Cara konsumsinya dapat dijadikan sebagai lalapan; sehari cukup 10 lembar daun kedondong muda.
Menurut herbalis di Batu, Jawa Timur, Wahyu Suprapto, Manfaat dan Khasiat Daun Kedondong baik untuk daya tahan tubuh dan sumber vitamin C. Kita bisa menjemput khasiatnya dengan cara mengolah daun menjadi sayur. Begitulah kebiasaan Usman dan para tetangga secara turun-temuruan. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati, mereka mengonsumsi daun ambarella.
Sumber : majalahtrubus